Sabtu, 14 September 2013


Di Posting oleh Agus Subur.
Mahasiswa Pasca sarjana STAIN JEMBER
TEORI PLATO DAN ARISTOTELES

BAB I
 PENDAHULUAN
A.           Ilustrasi
              Plato dan Aristoteles adalah ikatan Guru dan murid, namun cara pandangnya berlainan, kalau plato lebih menekankan pada ide sedangkan sedangkan Aristoteles pada logika. Plato mengatakan bahwa setiap sesuatu yang dilihat hanya sebuah pandangan semu, sekedar baying-bayang bukan realita
  kebaikan dan keadilan terkandung di dalam tabiat  itu sendiri. Terdapat banyak kejahatan dan ketidakadilan di dalam kehidupan. Akan tetapi, kesemuanya pada hakikatnya bersandarkan kepada asas-asas kebaikan. Inilah elemen baik dan adil yang akan disingkap oleh Plato,  yang menjadi prinsip dalam memandu kehidupan manusia.
             Falsafah etika dan epistemologi Plato sangat erat kaitannya. Hubungan antara kedua-duanya adalah jelas dalam pandangan beliau,  bahwa kejahatan itu berlaku karena kurangnya ilmu pengetahuan. Bagi Plato, budi itu merupakan pengetahuan. Jika seseorang manusia mengetahui apa tabiat kehidupan yang baik, maka dia akan bersikap dan melakukan berdasarkan apa yang diketahuinya. Bilamana seseorang itu mengetahui mana yang baik, dia akan membuat perkara yang baik. Sebaliknya dengan  melakukan kejahatan pula akan terbukti kejahilannya.
             Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika.
             Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut,  masih dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.
B.  PEMBATASAN MASALAH
             Dikarenakan bahasan filsafat ini amat luas, maka saya memberikan batasan pada makalah ini hanya pada filosof Plato dan Aristoteles dibidang konsep dan teori pengetahuan, agar pembahsan nanti tidak melebar.    
        
C.   RUMUSAN MASALAH
              Berangkat dari abstraksi tersebut,  sehingga dapat kami sajikan rumusan masalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana teori Filosof Plato tentang Ilmu Pengetahuan ?
  2. Dan bagaimana pandangan Filsuf Aristoteles dengan Ilmu Pengetahuan
D.   Tujuan 
              Tujuan diadakannya pembahasan ini adalah sebagai berikut :
1.        mengetahui konsep / teori pengetahuan  filosof Plato
2.        mengetahui konsep / teori pengetahuan filosof Aristoteles
E.   Manfaat 
              Manfaat dari pembahasan ini adalah :
1.        Bagi kami pembahasan ini merupakan wahana latihan pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
2.        Dengan adanya pembahasan ini tentunya kami akan semakin memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya tentang filsafat
3.        Bisa memahami dan sekaligus dapat mengembangkan wahana berfikir dengan metodologi konsep / teori Plato dan Aristoteles  
BAB. II
PEMBAHSAN
A. PLATO ( 427 – 347 SM)
             Plato dilahirkan di Athena dari keluarga terkemuka, dari kalangan politisi. Pada mulanya ia ingin bekerja sebagai seorang politikus, namun pada akhirnya ambisinya untuk menjadi seorang politikus dibatalkan, kemudian ia beralih ke filsafat sebagai jalan untuk memperbaiki kehidupan bangsanya, ajaran socrates sangat berpengaruh pada dirinya.
             Ketika gurunya dihukum mati oleh pengadilan negara pada Tahun 399 SM, membuat Plato benci kepada pemerintahan demokratis. Kematian gurunya membuat Plato enggan bergelut di dunia politik, padahal sebagai keturunan aristokrat bukanlah hal yang sulit untuk bergelut di dunia politik. Plato lebih memilih jalan hidup layaknya sang guru, yakni menjadi Filosof. Bagi Plato, Socrates adalah “orang terbijaksana, terjujur, terbaik dari semua manusia yang saya pernah kenal”. Tuturnya Maka tak heran jika pemikiran Plato banyak yang terpengaruh oleh Socrates.
             Masa muda Plato terjadi ketika Athena mengalami masa kemunduran,  dan meninggalnya Socrates, akhirnya membut Plato memutuskan untuk berkelana meninggalkan Athena. Dia berkelana ke Sicilia dan Italia, bahkan kabarnya dia berkelana hingga Afirka, Mesir dan beberapa negara di Timur Tengah. Kabarnya Plato berkelana selama 10-12 tahun, dan setelah itu kembali lagi ke Athena. Sekitar tahun 387 SM dia kembali ke Athena, mendirikan perguruan di sana, dan Akademinya di beri nama Academica itu,  tidak sekedar untuk pengembangan ilmu pengetahuan, melainkan lebih dari itu, diharapkan menjadi pabrik pembentukan dan penempa orang-orang yang dapat membawa perubahan bagi Yunani.
              Lembaga pendidikannya diharapkan dapat membentuk manusia yang berpengetahuan yang dilakukan atas nama negara dalam rangka mencapai kebajikan.
              Ada dua macam pengetahuan yang dikemukakan oleh Plato. Pengetahuan yang pertama adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman atau indera (pengetahuan pengalaman) dan yang kedua adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal (pengetahuan akal). Plato membandingkan kedua pengetahuan tersebut dan mempertimbangkan mana yang benar dari antara keduanya.
              Menurut Achmadi (1995), sebagai penyelesaian dari persoalan tersebut, Plato menerangkan bahwa manusia sesunggguhnya berada pada dua dunia, yaitu dunia ide
(idea / form) yang bersifat tetap, hanya satu macam dan tidak berubah,  dan dunia fisik atau dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap. Sebagai contoh terdapat banyak segitiga yang bentuknya berlainan menurut pengetahuan indera/pengalaman. Tetapi dalam ide atau pikiran, bentuk segitiga tersebut hanya satu dan tetap,  ini menurut pengetahuan akal.
              Tujuan pengetahuan menurut Plato dapat kita lihat dari mitos Plato yang sudah masyhur sekali tentang penunggu-penunggu gua yang termuat dalam dialog Politisnya. Manusia dapat dibandingkan dengan orang-orang tahanan yang sejak lahir terbelenggu dalam gua; mukanya tidak dapat bergerak dan selalu terarah kepada dinding gua. Dibelakang mereka ada api bernyala. Beberapa orang budak belian mondar-mandir di depan api itu, sambil memikul bermacam-macam benda. Hal itu mengakibatkan rupa-rupa bayangan yang dipantulkan pada dinding gua. Karenanya orang tahanan itu menyangka bahwa bayang-bayang itu merupakan realitas yang sebenarnya. Namun sesudah beberapa waktu,  satu orang tahanan dilepaskan. Ia melihat sebelah belakang gua, ternyata hanya yang ada api. Ia sudah memperkirakan bahwa bayang-bayang tidak merupakan realitas yang sebenarnya. Lalu ia dihantar keluar gua dan melihat matahari yang meyilaukan matanya. Mula-mula ia berpikir, ia sudah meninggalkan realitas. Tetapi berangsur-angsur ia menginsafi bahwa itulah realitas yang sebenarnya dan bahwa dahulu ia belum pernah memandangnya. Pada akhirnya ia kembali ke dalam gua dan bercerita kepada teman-temannya bahwa apa yang mereka lihat bukannya realitas sebenarnya melainkan hanya bayang-bayang saja.
              Mitos ini mesti dimengerti sebagai berikut; Gua tadi ialah dunia yang disajikan kepada panca indera kita. Kebanyakan orang dapat dibandingkan dengan orang tahanan yang terbelenggu: mereka menerima pengalaman spontan begitu saja.  Tetapi ada beberapa orang yang mulai memperkirakan bahwa realitas indrawi tidak lain daripada bayang-bayang saja: merekalah filsuf. Mula-mula mereka merasa heran sekali, tetapi berangsur-angsur mereka menemukan Ide “yang Baik” (matahari) sebagai realitas tertinggi. Untuk mencapai kebenaran, yang perlu ialah suatu pendidikan; harus diadakan suatu usaha khusus untuk melepaskan diri dari panca indera yang menyesatkan. Tetapi, sebagaimana terjadi dalam mitos, filsuf pun tidak akan dipercayai orang.
              Mitos tersebut sebenarnya berbicara mengenai perbedaan mendasar antara 2 hal yang dikemukakan plato, yaitu:
a.  apa yang dapat diindera dengan apa yang hanya dapat ditangkap oleh logika, dan
b.  dunia indera atau dunia fisik (materi) dengan dunia Ide (Idea).
Ide “yang Baik” menurut Plato tidak sama dengan kebenaran maupun pengetahuan, kebenaran lebih dari cahaya dan penglihatan,  yang identik dengan matahari. Ini yang dimaksud Plato konsep trinitas yang terkenal yaitu: yang Benar, yang baik dan yang Indah. ‘Yang Baik’ dibutuhkan untuk kebenaran, yaitu yang memberikan obyek kebenarannya. ‘Yang Baik’ juga memberikan daya penglihatan kepada kepandaian, dan pengetahuan akan kebenaran mengisi kita dengan keindahan. 
              Jadi hal penting yang disampaikan Plato dari cerita ini adalah seseorang dikatakan memperoleh pengetahuan jika ia menemukan ide “Yang Baik”.
Ajaran-ajaran Plato tentang Idea
             Ajaran tentang Idea – Idea merupakan inti dan dasar seluruh filsafat Plato. Idea yang dimaksudkan Plato disini bukanlah suatu gagasan yang terdapat dalam pemikiran saja yang bersifat subyektif belaka. Bagi Plato Idea merupakan sesuatu yang obyektif, ada idea-idea, terlepas dari subyek yang berfikir, Idea-idea tidak diciptakan oleh pemikiran kita, tidak tergantung pada pemikiran, tetapi sebaliknya pemikiranlah yang tergantung pada idea-idea. Justru karena adanya idea-idea yang berdiri sendiri, pemikiran kita dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh perhatian kepada idea-idea.
Ethika Plato
             Etika Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah mencapai budi baik. Budi ialah tahu. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Sebab itu sempurnakanlah pengetahuan dengan pengertian.
Tujuan hidup ialah mencapai kesenangan hidup. Yang dimaksud dengan kesenangan hidup itu bukanlah memuaskan hawa nafsu didunia ini. Kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan.
             Etika Plato bersendi pada ajarannya tentang idea. Dualisme dunia dalam teori pengetahuan lalu di teruskan dalam praktik hidup. Oleh karena kemauan seseorang bergantung pada pendapatnya, nilai kemauannya itu ditentukan oleh pendapatnya. Dari pengetahuan yang sebenarnya yang dicapai dengan dialektika timbul budi yang lebih tinggi dari pada yang dibawakan oleh pengetahuan dari pandangan. Menurut Plato ada dua macam budi. 
Pertama, budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian.
Kedua, budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari keyakinan, tapi disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-hari.
              Plato meninggal dalam keadaan menulis (menulis merupakan kegemaran Plato). Plato menulis tak kurang dari tiga puluh enam buku, kebanyakan menyangkut masalah politik dan etika selain metafisika dan teologi, karya-karya plato yang paling tersohor adalah Republica (Republik), Dialogue (Dialog), Statesman (Negarawan), dan Apologia (Pembelaan).
              Untuk mewujudkan negara ideal, hanya mungkin diwujudkan berdasar budi pekerti penduduknya, dan untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu diadakan pendidikan yang diatur sedemikian rupa oleh negara. Menurut Plato, anak usia 10 tahun ke atasa menjadi urusan negara. Dasar utama pendidikan anak-anak adalah Gymnastic (senam) dan musik, selain diberikan pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Senam dianggap dapat menyehatkan badan dan pikiran, maka tak heran tidak lama kemudian muncul pepatah latin yakni mensana incorpore sanno. Untuk umur 14-16 tahun anak diajarkan bermain musik, puisi serta mengarang untuk menanamkan jiwa yang halus, budi yang halus dengan menjauhkan lagu-lagu yang melemahkan jiwa serta mudah menimbulkan nafsu buruk. Usia 16-18 tahun diberikan pelajaran matematika untuk membimbing jalan pikiran, selain diajarkan dasar-dasar agama serta adab kesopanan, karena negara atau bangsa tidak akan kuat jika tidak percaya terhadap Tuhan. Pada umur 20 tahun diadakan seleksi yang lebih tinggi untuk mengikuti pendidikan mengenai adanya idea (ide) dan dialektika dan mereka mendapat kesempatan untuk memangku jabatan yang lebih tinggi.
B.  ARISTOTELES ( 384 – 322 SM.)
              Aristoteles  lahir di stageira pada semenanjung kalkidike di Trasia (Balkan) Bapaknya bernama Machaon adalah seorang dokter istana pada raja Macedonia Amyntas II. Sejak kecil mendapat asuhan dari bapaknya sendiri, ia mendapat pelajaran teknik membedah, karena itu perhatiannya banyak tertumpu pada ilmu alam, terutama ilmu biologi.
Setelah bapaknya meninggal ia pergi ke Athena belajar pada Plato di Akademia. Selama 20 tahun menjadi murid Plato, pertama kali ia menyusun buku Bibliotik yang pertama terdapat di Athena. Pada tahun 342 SM Aristoteles pulang kembali ke Macedonia, menjadi guru seorang anak raja umur tiga belas tahun yang kemudian dalam sejarah terkenal dengan Alexander Yang Agung. Aristoteles mendidik si Alexander muda dalam beberapa tahun. Di tahun 335 SM, sesudah Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali ke Athena dan di situ dibukanya sekolahnya sendiri, Lyceum. Dia berada di Athena dua belas tahun, satu masa yang berbarengan dengan karier penaklukan militer Alexander. Alexander tidak minta nasehat kepada bekas gurunya, tetapi dia berbaik hati menyediakan dana buat Aristoteles untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan.
Karya-karya Aristoteles
              Berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang menjadi karya Aristoteles bila diperinci terdiri dari delapan cabang yang meliputi Logika, Filsafat Alam, Psikologi, Biologi, Metafisika, Etika Politik, Ekonomi, Retorika dan Etika.
Ajaran – ajaran Aristoteles.
Logika
              Aristoteles terkenal  sebagai bapak logika, tapi tidaklah berarti bahwa sebelumnya tidak ada logika. Aristoteleslah orang pertama yang memberikan uraian secara sistematis tentang Logika.
              Logika adalah ilmu yang menuntun manusia untuk berfikir yang benar dan bermetode. Dengan kata lain logika adalah suatu cara berfikir yang secara ilmiah yang membicarakan bentuk-bentuk fikiran itu sendiri yang terdiri dari pengertian, pertimbangan dan penalaran serta hukum-hukum yang menguasai fikiran tersebut.
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga bahagian ;
  Ilmu pengetahuan praktis, yang meliputi etika dan politik
  Ilmu pengetahuan produktif, yaitu teknik dan seni.
  Ilmu pengetahuan teoritis yang meliputi fisika, matematika dan filsafat.
              Dalam hal ini Aristoteles tidak memasukkan Logika sebagai cabang ilmu pengetahuan, melainkan hanya suatu alat agar kita dapat mempraktekkan ilmu pengetahuan.
Metafisika
              Dalam uraian ini Aristoteles mengkritik ajaran gurunya tentang idea-idea. Menurut Aristoteles ; yang sungguh ada itu bukanlah yang umum melainkan yang khusus, satu persatu. Bukanlah manusia pada umumnya yang ada, melainkan manusia ini, itu, Anas, dan lain-lain. Semuanya ada, jadi Aristoteles bertentangan dengan gurunya Plato yang mengatakan “bahwa semua yang nampak hanyalah merupakan bayangan semata”.
Menurut Aristoteles, tidak ada idea-idea yang umum serta merupakan realita yang sebenarnya. Dunia idea di ingkari oleh Aristoteles sebagai dunia realitas, karena tidak dapat di buktikan. Jadi Aristoteles berpangkal pada yang kongkrit saja, yang satu persatu dan bermacam-macam, yang berubah, itulah yang merupakan realitas sebenarnya.
Abstraksi
              Bagaimana budi dapat mencapai pengetahuan yang umum itu,  sedangkan hal-hal yang menjadi obyeknya tidak umum.
Menurut Aristoteles ; obyek yang diketahui itu memang kongkrit dan satu persatu, jadi tidak umum. Yang demikian itu ditangkap oleh indera dan indera mengenalnya. Pengetahuan indera yang macam-macam itu dapat diolah oleh manusia (budi). Dan manusia itu, mengenalnya dengan cara yang bermacam-macam dan tidak sama. Sedangkan yang dipandang hanya yang sama dalam permacaman itu. Akhirnya pengetahuan yang satu dalam macamnya oleh Aristoteles dinamai idea atau pengertian.
             Jadi Aristoteles tidak mengingkari dunia pengalaman, sedangkan idea juga dihargainya serta diterangkan bagaimana cara mencapainya dengan berpangkal pada realitas yang bermacam-macam. Maka selayaknya aliran Aristoteles disebut “Realisme”.
Pengetahuan Politik
             Tujuan negara. Aristoteles dalam bukunya menyatakan “bahwa manusia menurut kodratnya merupakan “Zoon Politikon”atau mahluk sosial yang hidup dalam negara.
Tujuan negara adalah memungkinkan warga negaranya hidup dengan baik,  dalam arti sepenuhnya. Dengan kata lain lembaga-lembaga yang ada di dalamnya, keluarga di dalam suatu negara, hubungan antar negara tetangga semua baik.
Pengetahuan Rumah Tangga.     
             Aristoteles mengkritik pendapat Plato, bahwa para penjaga tidak boleh hidup berkeluarga, dan juga Aristoteles tidak setuju dilarangnya mempunyai milik pribadi.
Menurut Aristoteles, untuk hidup menurut keutamaan manusia perlu keluarga dan butuh milik pribadi. Tetapi kekayaan tidak boleh di tambah dengan sembarang cara.
Pengetahuan Tentang negara yang paling baik.
             Negara yang paling baik ialah negara yang diarahkan buat kepentingan umum. Susunan negara yang paling baik menurut Aristoteles ialah “Politeia”. Politeia adalah demokrasi moderat atau demokrasi yang mempunyai undang-undang dasar.
Pengetahuan Etika
             Dalam karya Aristoteles “ Ethika Nicomachea” mengatakan ; dalam segala perbuatannya manusia mengejar suatu tujuan. Ia selalu mencari sesuatu yang baik baginya. Dari sekian banyak tujuan yang ingin dicapai manusia, maka tujuan yang tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan. Tugas Etika ialah mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaan itu.
             Menurut Aristoteles ; manusia hanya bisa bahagia,  jika ia menjalankan aktivitasnya dengan baik. Dengan kata lain agar manusia berbahagia ia harus menjalankan aktivitasnya dengan baik.
             Pandangan Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai awal dari perintisan “ilmu pengetahuan” adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Hal Pengenalan
             Menurut Aristoteles terdapat dua macam pengenalan, yaitu:              
(1) pengenalan inderawi;
(2) pengenalan rasional.
Menurut Aristoteles, pengenalan inderawi memberi pengetahuan tentang hal-hal yang kongkrit dari suatu benda.
Sedang pengenalan rasional dapat mencapai hakekat sesuatu, melalui jalan abstraksi.
2. Hal Metode
               Selanjutnya, menurut Aristoteles, “ilmu pengetahuan” adalah pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau hukum-hukum bukan objek-objek eksternal atau fakta. Penggunaan prinsip atau hukum berarti berargumentasi (reasoning). Menurut Aristoteles,mengembangkan “ilmu pengetahuan” berarti mengembangkan prinsip-prinsip, mengembangkan “ilmu pengetahuan” (teori) tidak terletak pada akumulasi data tetapi peningkatan kualitas teori dan metode. Selanjutnya, menurut Aristoteles, metode untuk mengembangkan “ilmu pengetahuan” ada dua, yaitu: (1) induksi intuitif yaitu mulai dari fakta untuk menyusun hukum (pengetahuan universal); (2) deduksi (silogisme) yaitu mulai dari pengetahuan universal menuju fakta-fakta.
              Hasil murni karya Aristoteles jumlahnya mencengangkan. Empat puluh tujuh karyanya masih tetap bertahan. Daftar kuno mencatat tidak kurang dari seratus tujuh puluh buku hasil ciptaannya. Bahkan bukan sekedar banyaknya jumlah judul buku saja yang mengagumkan, melainkan luas daya jangkauan peradaban yang menjadi bahan renungannya juga tak kurang-kurang hebatnya. Kerja ilmiahnya betul-betul merupakan ensiklopedi ilmu untuk jamannya. Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi, physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba. Hasil karya ilmiahnya, merupakan sebagian kumpulan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari para asisten yang spesial digaji untuk menghimpun data-data untuknya, sedangkan sebagian lagi merupakan hasil dari serentetan pengamatannya sendiri. Mungkin sekali, yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya adalah penyelidikannya tentang teori logika.
              Tatkala Alexander mati tahun 323 SM golongan anti-Macedonia memegang tampuk kekuasaan di Athena dan Aristoteles pun didakwa kurang ajar kepada dewa.Akhirnya  Aristoteles dibuang dan  meninggal dunia di pembuangan beberapa bulan kemudian pada tahun 322 SM pada umur enam puluh dua tahun.
BAB. III
KESIMPULAN
Ø  Plato dilahirkan di Athena pada keluarga terkemuka, dia murid dari seorang filsup yang terkenal yaitu Socrates.  titik tekan pemikiran / konsep plato yaitu pada dunia ide. Ia mengatakan bahwa ada dua macam pengetahuan yaitu
1.      Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman atau indera
2.      Pengetahuan yang diperoleh melalui akal
Ø  Ajaran plato tentang idea, bagi palto ide merupakan suatu yang obyektif, idea-idea tidak diciptakan oleh pemikiran, sebaliknya pemikiranlah yang tergantung oleh idea
Ø  Etika plato berdasarkan pada intelektual dan rasional, dasar ajarannya adalah mencapai budi baik. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi pekerti, sebab itu sempurnakanlah pengetahuan dengan pengertian
Ø  Aristoteles dilahirkan di stageira pada semenanjung kalkidike di trasia ( Balkan ) bapaknya adalah bernama Machaon seorang dokter istana raja Macedonia Amystas II.
Ø  Ajaran-ajaranya tentang logika, Aristoteles orang yang pertama memberikan uraian secara sistematis
Ø  Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga bagian:
1.      Ilmu pengetahuan praktis, yang meliputi etika dan politik
2.      Ilmu pengetahuan produktif, yaitu teknik dan seni
3.      Ilmu pengetahuan teoritis yang meliputi fisika, matematika dan filsafat
Ø  Dalam hal ini Aristoteles tidak memasukan logika sebagai cabang ilmu pengetahuan, melainkan hanya ssebagai alat untuk mempraktekan ilmu pengetahuan.
DAFTAR BACAAN
1.    Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, Cetakan 11, 2012
2.    Harianto,Husein. Paradigma Holistik,Dialog Filsafat, Sains, dan Kehidupan. Jakarta: 2010
3.    Mudhofir, Ali 2001 Kamus Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001
4.    Peursen, Van C.A, Orientasi Di Dalam Filsafat, Jakarta, PT Gramedia, Cetakan 6, 1991
5.    Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. (Terjemahan Nurhadi). Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Muakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2010
6.    Russel Bertrand, ( Terjemahan Irwanto ) Dampak Ilmu Pengetahuan Atas Masyarakat, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1992
7.    Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006